31/03/13
TEMPE
Tempe
merupakan makanan tradisional asli Indonesia yang sampai sekarang masih tetap
digemari karena bau dan rasanya yang khas. Terdapat bermacam-macam jenis tempe,
tergantung dari bahan dasar yang digunakan; ada tempe kedele, tempe koro; tempe
kecipir dan lain-lain. Namun dari beberapa jenis tempe tersebut, tempe kedele
paling banyak diproduksi. Tempe kedele dibuat melalui tahap-tahap : perendaman
I, perebusan, pengupasan kulit, perendaman II, pengukusan, penambahan ragi/
laru, pembungkusan dan fermentasi.
Ditinjau
dari nilai gizinya, tempe merupakan bahan makanan sumber protein nabati. Kadar
protein yang terdapat di dalam tempe setara dengan kadar protein daging dan
telur. Yakni pada tempe : 18,3%, telur: 12,8% dan daging sapi: 19,1%.
Oleh
karena kadar gizinya yang tinggi, maka tempe merupakan teman nasi yang serasi.
Nasi kekurangan asam amino lysin, tempe kekurangan asam amino methionin yang
dapat ditutup oleh methionin dari nasi sehingga terbentuk keseimbangan yang
baik. Tempe juga baik sebagai unsur BMC (Bahan Makanan Campuran) untuk
peningkatan gizi balita.
Tempe
merupakan bahan makanan yang berumur pendek sehingga bersifat mudah rusak, daya
tahannya 1 – 3 hari. Masalah utama yang menghambat penggunaan tempe sebagai
sumber protein yang murah adalah karena tempe tidak tahan lama disimpan
sehingga tak dapat menyebar secara luas.
1.
Tempe
sebagai produk fermentasi
Tempe
merupakan salah satu produk fermentasi kedele (Glycine max (L) Merr) oleh kapang Rhizopus sp. Bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan tempe
adalah biji kedele kering, yang mengandung protein rata-rata 49% yang tertinggi
mutunya diantara protein nabati lainnya, karena mempunyai pola dan susunan asam
amino yang lengkap.
Kapang
yang aktif dalam fermentasi tempe kedele adalah R. arrhizus, R. oryzae
dan R. oligosporus. R. arrhizus dan R. oryzae memberikan hasil yang lebih
disukai karena tempe yang dihasilkan berwarna putih bersih, sedangkan R. oligosporus menghasilkan tempe yang
agak kehitaman. Tempe yang dihasilkan dari inokulum biakan mikroba campuran
atau usar, menghasilkan cita rasa yang lebih baik daripada tempe yang
dihasilkan dengan menggunakan biakan murni. Tempe yang bermutu baik dihasilkan
oleh R. oligosporus. Untuk
menghasilkan tempe yang baik diperlukan strain Rhizopus dengan sifat sebagai berikut : dapat tumbuh dengan cepat
pada suhu 370C, mempunyai aktifitas proteolitik dan lipolitik yang
tinggi, dapat menghasilkan cita rasa, aroma dan tekstur yang baik, tidak dapat
memfermentasi sukrosa dan dapat menghasilkan antioksidan yang kuat. Di dalam
tempe kadang tumbuh Lactobacillus
plantarum yang menghasilkan asam sehingga pH bahan menjadi 4 yang dapat
menghambat mikroba penghasil racun.
Aktivitas
pertumbuhan kapang Rhizopus sp.
dipengaruhi oleh jenis substrat, suhu, pH, O2 dan kelembaban.
Terdapat tiga faktor yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi dalam
fermentasi yakni O2, air dan suhu; untuk pertumbuhan kapang
diperlukan O2, tetapi jika terlalu berlebihan mengakibatkan
metabolisme menjadi cepat dan panas yang dihasilkan akan menghambat/mematikan
pertumbuhannya. Kadar air yang tinggi dapat menghalangi difusi O2,
sehingga menghambat pertumbuhannya dan cepat busuk karena mudah terkontaminasi
oleh mikroorganisme lain. Pertumbuhan optimal dicapai dengan difusi O2
perlahan dan merata.
Rhizopus memerlukan
kondisi optimum dari O2, kadar air, suhu, pH dan nutrien untuk
metabolismenya. Kekurangan O2 dapat menghambat pertumbuhan, miselia
sedikit dan tempe kurang baik, kadang-kadang kapang menjadi mati. Udara yang
berlebihan di permukaan bahan berakibat biji menjadi kering dan menghambat
metabolisme serta pertumbuhan selanjutnya. R.
oligosporus tumbuh baik pada kadar air 40 – 50%, suhu yang baik 30 – 370C
dan pertumbuhan lambat jika suhunya kuarng dari 250C. Pada suhu 440C
masih dapat tumbuh dengan cukup baik, tetapi menjadi terhambat pertumbuhannya
bila mencapai suhu 490C, sedang pH optimalnya 3,4 – 6,0 dan
terhambat pertumbuhannya pada pH kurang dari 3,4. Secara umum Rhizopus sp. tumbuh baik pada kondisi
substrat yang agak asam dengan pH ± 5 dan kelembaban 75 – 85%.
Selama
fermentasi kapang menghasilkan enzim yang bersifat hidrolitik yakni
proteolitik, amilolitik dan lipolitik yang akan memecah senyawa-senyawa
kompleks dalam bahan menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana sehingga
lebih mudah diserap oleh tubuh. R.
arrhizus NRRL 1526 lebih banyak menghasilkan pektinase yang berfungsi
menghidrolisa dinding sel bahan sehingga miselia jamur mudah masuk ke dalam
biji kedele, serta enzim peptidase yang memecah peptida-peptida menjadi
asam-asam amino dan NH3 yang menghasilkan flavor tertentu. R. oligosporus banyak menghasilkan enzim
protease yang akan memecah protein menjadi asam-asam amino yang kemudian
dipecah lebih lanjut menjadi NH3 yang menghasilkan flavor tertentu.
Protease yang dihasilkan adalah pepsin, tripsin dan peptidase. Selain ketiga
enzim tersebut, kapang tempe juga mengandung enzim lipase dan “deodoryzing enzyme”.
Aktivitas
proteolitik akan mengubah protein kedele yang semula tidak larut dalam air
menjadi larut dalam air. Enzim proteolitik yang aktif selama fermentasi tempe
mempunyai pH optimal antara 3 – 5,5 dan stabil pada pH 3 – 6. Sedang suhu
optimalnya 50 – 550C. Produksi maksimal dicapai sesudah waktu
inkubasi 72 – 76 jam dan kemudian menurun secara cepat.
2.
Perubahan
yang terjadi selama fermentasi
Dalam
petumbuhannya, kapang menggunakan kedele sebagai substrat yakni sebagai sumber
karbon dan sumber nitrogen. Sumber karbon berupa glukosa, fruktosa, galaktosa,
silosa dan manitol; sedang sebagai sumber nitrogen terdiri dari asam amino
prolin, glisin, asam asparat, leusin dan garam-garam amonium.
Pada
20 jam pertama spora mengalami perkecambahan dan suhu meningkat secara
berangsur-angsur. Kemudian lima jam berikutnya suhu turun, dan pertumbuhan
reda, biji kedele mulai bersatu dan membentuk masa yang kompak diselimuti oleh
miselia jamur.
Selama
fermentasi banyak terjadi perubahan-perubahan sebagai akibat aktivitas
mikroorganisme. Dengan adanya aktivitas enzim selama proses fermentasi tersebut
akan meningkatkan suhu dan pH.
Di
dalam proses fermentasi terjadi pemecahan polisakarida, protein dan lemak
menjadi senyawa-senyawa yang sederhana, disamping adanya proses resintesa
senyawa-senyawa lain (terutama ester-ester) yang memberikan rasa asam dan aroma
spesifik, disamping itu fermentasi tempe juga akan meningkatkan vitamin B.
a. Perubahan
karbohidrat
Karbohidrat
di dalam kedele terdiri dari selulosa, rafinosa, stakhiosa, vebraskosa,
arabinosa dan glukosa. karbohidrat tersebut baik dalam bentuk poli–, di– maupun
monosakarida dapat sebagai digunakan substrat oleh kapang Rhizopus sp. ; dalam aktivitas metabolismenya kapang tersebut
menghasilkan enzim amilase yang akan menguraikan karbohidrat menjadi asam-asam
organik seperti asam laktat, asetat, butirat dan propionat; senyawa-senyawa
netral seperti aseton, butil dan etil akohol serta gas seperti metan, hidrogen
dan karbon dioksida. Terbentuknya asam-asam tersebut akan mengakibatkan
penurunan pH substrat. Hasil perubahannya tergantung dari aktivitas
mikroorganisme dan jenis karbohidrat yang diuraikan.
Perubahan
karbohidrat tersebut diawali dengan pemecahan pati menjadi dekstrin dan
gula-gula sederhana yang turut serta dalam pembentukan flavor tempe yang
dihasilkan. Gula heksosa cepat terfermentasi, sedang stakhiosa sangat lambat.
Serat kasar pada kedele yang sudah dikuliti sebanyak 3,7% akan naik menjadi
5,85% setelah menjadi tempe.
b. Perubahan
Lemak
Kandungan
lemak dalam kedele ± 18% terdiri dari 90 – 95% gliserida dengan asam lemak tak
jenuh sebagai penyusun utamanya, sedang sisanya adalah fosfatida, asam lemak
bebas, sterol dan tokoferol. Tingginya asam lemak tak jenuh dalam kedele erat
hubungannya dengan citarasa langu serta aktivitas enzim lipoksigenase. Komponen
asam lemaknya terdiri dari asam lemak tidak jenuh seperti linoleat, linoleat
dan oleat; serta asam lemak jenuh yang jumlahnya ± 20% dari seluruh asam
lemaknya.
Selama
fermentasi enzim lipolitik akan menghidrolisa lemak menjadi asam-asam lemak
sehingga lemak dalam tempe berkurang, produk dari hidrolisa lemak tersebut
digunakan untuk pembentukkan lemak mikroorganisme dan komponen sel lain atau
dioksidasi untuk menghasilkan energi. Kemampuan mikroorganisme untuk
menguraikan lemak merupakan hal penting dalam pembentukkan bau apek. Namun
kenyataannya jarang dijumpai tempe-tempe yang disimpan menjadi apek atau tengik
karena kapang mampu menghasilkan antioksidan; disamping itu di dalam biji
kedele mengandung lesitin sebagai antioksidan alami.
Bakteri
yang tumbuh bersama-sama dengan R.
oligosporus kemungkinan mempunyai enzim yang dapat memecah lemak kedele
menjadi ester-ester yang menimbulkan aroma spesifik. Selama fermentasi terjadi
sedikit peningkatan asam oleat dan penurunan asam linoleat.
c. Perubahan
Protein
Selama
fermentasi, protein dalam kedele oleh enzim protease akan diubah menjadi
asam-asam amino, yang kemudian dipecah lebih lanjut menjadi NH3,
indol dan air. Asam amino juga dapat diubah menjadi komponen sel atau asam
amino lain. Selama fermentasi terjadi perubahan kandungan asam-asam amino;
triptophan dan alanin naik 20%. Selama fermentasi juga terjadi peningkatan
total N terlarut, sehingga kadar protein terlarut dalam tempe menjadi lebih
besar, dengan demikian lebih banyak protein yang dapat tercerna.
d. Perubahan Kadar Air
Selama
fermentasi terjadi perubahan kadar air bahan, hal ini karena air digunakan
untuk reaksi hidrolisa baik karbohidrat, protein maupun lemak. Juga terjadi
respirasi/ penguapan karena selama fermentasi suhu bahan naik sehingga terjadi
penguapan air dari bahan ke lingkungan. Semakin lama fermentasi, air yang
dibutuhkan untuk aktivitas mikroorganisme semakin banyak sehingga kadar air
tempe semakin turun.
Sumber :
Purwati, C. 1993.Pengaruh
Jenis Bahan Pembungkus dan Lama Fermentasi Terhadap Perubahan Kimia Tempe. Skripsi.
Universitas Widya Mataram : Tidak Dipublikasikan.
Label:Food Info,Food Science
Langganan:
Posting Komentar
(Atom)
min numpang nnya dapat dasar teori tentang perubahan karbohidratnya darimana ya?
BalasHapus"dalam aktivitas metabolismenya kapang tersebut menghasilkan enzim amilase yang akan menguraikan karbohidrat menjadi asam-asam organik seperti asam laktat, asetat, butirat dan propionat; senyawa-senyawa netral seperti aseton, butil dan etil akohol serta gas seperti metan, hidrogen dan karbon dioksida."
buth banget min,,untuk TA..thanks yaa..bales k email sAya antrax.over@gmail.com